Persepsi
Banyak memang persepsi orang dan kita tidak dapat memaksakan orang itu harus memiliki persepsi yang sama.
Bagiku persepsi sama dengan sudut pandang.
Iya sama halnya dengan sudut pandangku terhadap kamu.
Seseorang yang aku panggil kamu. Banyak memang hal yang melatarbelakangi persepsiku hingga saat ini terhadapmu. Bagiku kamu sama seperti senja yang menjingga di ufuk langit kala itu. Aku selalu ingat waktu yang pernah merubah menjadi kita. Malam ini aku melow lagi. Ahh kamu tak perlu tahulah karena saat ini aku sedang menunjukkan bahwa aku mampu mencintai tanpa memiliki yah meskipun hal itu sama saja seperti menggadaikan hatiku untuk selalu teringat kamu.
Hari bersejarah akan segera tiba untuk hidupku dan aku membutuhkanmu saat ini. Tapi sebenarnya tidak hanya untuk saat ini tapi kalau boleh aku meminta untuk esok,lusa, dan nanti. Iya sampai nanti aku butuh kamu. Bukan, bukan membutuhkanmu dalam hal yang sangat umum seperti yang ada dipikiran orang biasanya melainkan membutuhkan senyummu untuk menemani hari-hariku. Itu saja...
Tapi yaa aku hanya bisa menginginkanmu dalam asaku. Sampai ada seseorang yang selalu aku ceritakan tentang kelebihanmu sebenarnya tidak hanya seorang tapi semua orang. Hahaha bukan berlebihan tapi hormon endorfin dalam tubuhku semakin bertambah saat aku bercerita tentang dirimu. Jadi seorang itu bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya kamu padahal seorang itu orang yang amat mengenalmu. Tapi aku tidak bisa untuk mengungkapkan siapa kamu. Sering aku berkelahi dengan perasaan dan egoku untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya aku rasakan terhadap kamu. Bukan, bukan untuk mendapat jawaban dan bukan pula untuk menginginkanmu selalu ada dalam hidupku kini dan nanti melainkan aku hanya ingin kamu tahu bahwa perasaan ini masih ada. Tapi untung saja aku tak kalah dengan egoku yang terlalu meletup-letup dan hanya berhasil aku curahkan dalam notes yang ada di telepon pintarku.
Hingga saat ini bahkan saat aku menuliskan hal ini aku pun masih harus berdamai dengan diriku sendiri. Aku terlalu bodoh dan menurutku itu konyol jika aku kalah dengan egoku.
Kalaupun kamu tanyakan akan seberapa lama aku memendam perasaan ini yaa aku juga tidak tahu..
Mungkin aku akan mengalah dengan egoku saat aku bisa melihatmu bersanding dengan orang pilihanmu yang jelas bukan aku di hari terbahagia dalam hidupmu. Percaya atau tidak aku sudah membayangkan hari itu dan mungkin saat hari itu aku juga takkan pernah mengatakan perihal perasaanku. Aku akan mengatakan pada seseorang yang pernah bertanya-tanya tentang sosokmu bahwa kamulah orang yang selama ini ada di hati. Aku tidak punya bakat meramal maka aku juga tidak bisa menafsirkan apa yang akan terjadi pada diriku sendiri kelak. Seperti mungkin aku akan bertemu dengan orang yang mampu memalingkan hatiku terhadapmu atau orang hasil kloning dirimu atau yang lainnya. Aku tidak ingin mengira-kira karena kali ini aku ingin menikmati perasaan yang sedikit banyak membuat hariku biru dan sampai perasaan itu akan berubah. Untukmu satu satunya lelaki yang aku panggil abang ☺